Thursday, January 22, 2009

obama

Boleh dikata, sudah bisa dipastikan presiden AS pertama yang berkulit hitam pada saat Obama merebut perolehan suara di state Ohio.

Menang dalam pilpres penting bagi Obama, namun Obama menang dalam pilpres lebih penting bagi AS. Tetapi persoalan krusialnya ini tidak sebatas hanya berkaitan dengan Obama akan memikul tanggung jawab mengubah krisis ekonomi dan penghentian perang Irak.

Selama perjalanan kampanye, Obama meneriakkan "Perubahan". Tentang apakah Obama bisa atau tidak mengubah AS bahkan dunia, ini masih perlu dibuktikan. Ia bakal ditakdirkan menghadapi ujian serius dalam krisis ekonomi dan persengketaan internasional. Namun perubahan terpenting sesungguhnya telah terjadi pada saat ini.

Tahun 1968 Robert F. Kennedy, calon presiden dari partai Demokrat AS (adik presiden John F. Kennedy) pernah meramalkan bahwa 40 tahun kemudian di AS bakal muncul seorang presiden keturunan Afrika.

Tetapi hingga Obama berpidato tentang kemenangannya di taman Grand Park dan Mc Cain mengucapkan selamat kepada Obama, tiada seorangpun yakin benar bahwa hal ini akan menjadi suatu kenyataan. Bahkan teman seperjuangan Martin Luther King, Jackson juga hanya merasakan "Ada kemungkinan", tetapi "Tidak tahu kapan itu".

Akan tetapi, di AS segalanya adalah mungkin. Tak peduli anggapan khalayak bahwa gaya sang pemenang dari Obama yang santai, percaya diri yang selalu teguh dan tuntutan yang melampaui ras, adalah keluar dari kualitas unggul yang keluar dari nurani, ataukah kebijakan politik yang dibuat-buat, ia pada akhirnya dengan mantap akan mengubah: "Yes, we can" menjadi: "Yes, we did".

Jangan memandang enteng perbedaan satu suku kata can dan did, ia telah menghancurkan sebuah rahasia hati masyarakat yang begitu lama redup semenjak Lincoln membebaskan budak negro.

Apakah kegelisahan yang terdalam dan paling tabu bagi orang AS dalam pilpres kali ini? Mengapa semua orang mencurigai taraf ketepatan jajak pendapat? Apakah perbedaan policy ekonomi dan perbedaan kontras antar filsafat kedua partai serta ayunan antara golongan kiri dan kanan?

Itu semua adalah hal-hal yang bisa dipolemikkan secara permukaan, adalah hal yang sering dan berulang muncul dalam sejarah. Demokrasi AS justru membeberkan proses perbedaan, kontroversi dan ayunan tersebut. Partai Demokrat dan partai Republik, bagaikan angin dan air berputar bergantian. Anda sanggup maka naiklah panggung, Anda tidak sanggup maka turunlah dari panggung, semuanya ditentukan oleh pencoblosan oleh rakyat.

Namun, persoalan ras yang ditabukan dan tak dibicarakan, ia bukan saja adalah persoalan benar atau tidaknya di dalam perpolitikan, juga adalah persoalan patut tidaknya di dalam moralitas.

Amerika, negara super power yang memimpin dunia ini, panutan peradaban masa kini yang dipimpin terutama oleh orang kulit putih, bakal memiliki seorang presiden berkulit hitam! Ini barulah sebuah bottom line, ini barulah menunjukkan orang Amerika benar-benar telah keluar dari bayangan gelap dan shackles (belenggu), ini barulah jawaban terhadap tantangan pengakhiran sifat keterbatasan demokrasi Amerika, ini barulah sejarah dan aspek dunia.

Seharusnya dikatakan, orang yang mengetahui betul mengenai Obama cuma 2 orang. Satu adalah Mc Cain. Tatkala kalah dalam pilpres, yang paling dahulu diyakininya ialah makna terpenting terpilihnya Obama telah menjernihkan permasalahan ras yang pernah menodai reputasi AS selama ini.

Kedua adalah sang istri Michele. Bulan Februari tahun ini, Michele sewaktu kampanye Obama pernah mengatakan: "Ini adalah untuk pertama kalinya sesudah saya beranjak dewasa merasa bangga sebagai orang Amerika." Secara tidak disengaja yang dibahas oleh kedua orang tersebut adalah masalah ras.

Amerika dengan kebebasan dan toleransi memandang dunia dan berdiri tegak di atas dunia. Kemenangan Obama dalam pilpres telah sekali lagi membuktikan hal ini. Persaingan awal Hillary dan Obama, dengan tema wanita dan orang negro mengendalikan Gedung Putih, menantang sekaligus untuk membuktikan toleransi Amerika dan sistem demokrasinya.

Kemenangan awal Obama membuktikan separo dari tantangan ini. Terlahirnya Obama sebagai presiden dengan absolut telah menjawab tantangan ini. Kenyataan membuktikan, "Efek Bradley" (Selamanya tidak memilih orang hitam) tak lagi eksis.

Kemenangan bersejarah Obama kali ini dengan electoral quote sebesar 2 kali lipat (349) dari Mc Cain, terutama terdapat 2 macam penyebab khusus.

Pertama, krisis keuangan yang datang secara tiba-tiba menimbulkan efek bantuan obyektif sangat besar terhadap Obama. Dalam situasi pada umumnya, kedua partai di alam kebijakan ekonominya memiliki resepnya masing-masing, selisih jajak pendapat tak begitu besar, masing-masing berpeluang menang.

Menurut pengejaran hasil polling setiap hari berturut-turut dari Gallup, pada akhir September sebelum krisis keuangan mendadak muncul, hasil polling Obama dan Mc Cain saling bersaing ketat.

Namun tiba-tiba krisis keuangan menyergap pada akhir September, Obama meningkat, Mc Cain anjlok, kedua pihak kini mulai ada jarak permanen, Obama menuntun di atas Mc Cain lebih tinggi 9%, tiga kali debat terbuka tak kuasa mengubah kecenderungan ini.

Itu adalah dikarenakan pada satu sisi, khalayak menganggap ekonomi sebagai faktor utama, program pertahanan negara yang kuat dari Mc Cain menjadi mubazir. Sedangkan pada sisi lainnya, massa mengharap intervensi pemerintah yang tinggi, kebijakan Obama lebih berjangka pendek, dibandingkan dengan program jangka panjang Mc Cain mengenai persaingan bebas lebih bisa menggaet suara pemilih kelas menengah ke bawah.

Ditambah lagi massa pada umumnya percaya bahwa partai Demokrat lebih mengerti tentang ekonomi dibandingkan dengan partai Republik, juga Obama telah merebut slogan pemotongan pajak oleh Partai Republik, sedangkan Mc Cain ngotot mengadu kekuatan dengan Obama di persoalan ekonomi yang justru dalam hal ini ia sendiri lemah, maka pamornya tak bisa lagi mencorong.

Ke dua, Obama secara efektif telah menggunakan penggerakan kaum menengah dan strategi penggalangan dana via internet, sedangkan Mc Cain memposisikan diri sebagai "Golongan independen", berprinsip seperti kepercayaan dan moralitas dan lain-lain norma tradisional partai Republik tidak cukup keras dan segar, belum memaksimalkan cara penggerakan anggota akar rumput yang dipakai oleh Bush pada tahun 2000 dan 2004.

Di bawah situasi Obama menggerakkan pemilih muda dan pemilih baru dalam jumlah besar-besaran, Mc Cain tidak memegang sumber suara mendasar dari Partai Republik, juga mengukuhi bertarung di jalur lemah ekonomi, kecolongan dalam 2 hal tersebut, maka ia telah kehilangan banyak pemilih dari Partai Republik.

Obama telah mengukir keajaiban sejarah untuk pertama kalinya orang kulit hitam terpilih sebagai presiden. Obama bukan saja telah mewujudkan impian untuk penghapusan rasisme dari Martin Luther King, terlebih lagi telah membuktikan AS adalah sebuah tempat penuh daya cipta dan energik serta benar-benar adil, toleransi, bebas dan demokratis. Jikalau saja Tiongkok memiliki demokrasi ala Amerika, Anda dan saya bisa menjadi Obama.(Whs)

Artikel ini hanya mewakili penuturan dan konsep dari si penulis.

No comments:

Post a Comment